Mudik Oh Mudik (MOM), RITUAL Tahunan yang MELEGENDA

COMMUNITYpluz.com (CP) –  “Kapan Mudik?  Emang mudiknya kemana?  Berapa lama cutinya? Pake apa Mudiknya.”

Kalimat-kalimat tersebut akan sering terdengar dalam kehidupan kita sehari hari takkala Kita mendengar obrolan orang yang di sengaja ataupun tidak ataupun dalam percakapan di grup WA kita, terutama dalam10 hari lagi menjelang Hari Raya Idul Fitri 1438H.

Mudik sendiri bagi masyarakat Indonesia terutama yang ada di pulau-pulau yang padat penduduknya, sudah menjadi Tradisi dan Ritual Tahunan yang tidak bisa di bantah lagi. Hari-hari besar keagamaan pasti identik dengan mudik, ‘long weekend’ juga sekarang jadi ajang mudik. Intinya setiap ada libur panjang dalam tiap minggunya, pasti ‘trend’ mudik akan ada dan terjadi.

Tetapi itu semua tidak ada apa-apanya kalau di banding dengan mudik lebaran, karena itu adalah pasti akan terjadi mudik serentak dan akbar. Tidak peduli jalanan macet dimana-mana, tol ‘Brebes Exit/BREXIT’ macet 3 hari 3 malam dan malahan menimbulkan korban. Kecelakaan roda 2 dan roda 4 sering kali kita dengar. Namun ternyata itu semua bukan dan menjadi penghalang bagi pemudik untuk pulang kampung.

Sebenarnya, adakah yang perlu dipertanyakan dari kebiasaan mudik?  Jawabannya masih beragam, bisa bermakna ibadah dan kewajiban, namun bisa juga bermakna maksiat dan larangan. Itu semua bergantung dari niat Kita.

Mudik itu akan bermakna ibadah jika niatnya untuk silaturahmi dan dilaksanakan dengan cara yang baik serta tidak melanggar kewajiban.  Seperti tetap melaksanakan shalat wajib misalnya.  Karena banyak sekali saudara kita sesama muslim yang ketika mudik, tidak melaksanakan kewajiban shalat, atau paling tidak, tidak kelihatan shalat di saat perjalanan.  Mudik yang seperti inilah yang bermakna maksiat dan melanggar perintah.  Padahal dalam mudik ada dispensasi untuk men-jama’ dan qashar shalat menjadi dua rakaat, dan tentu tidak boleh meninggalkan kewajiban shalat, apapun kondisinya, bahkan ketika harus shalat dalam kendaraan.

Namun akan bermakna ‘tidak bagus’ jika mudik kita itu hanya akan dan mau Pamer kekayaan/harta Kita, pamer keberhasilan Kita kerja di kota besar dst. Kembali lagi ke niat dan tujuan Kita masing-masing.

Persiapan pulang kampung, luar biasa rumit.  Bagi yang bawa kendaraan sendiri, jauh-jauh hari kendaraan harus diservice dan boleh jadi semua komponennya harus dicek satu per satu, tentu dengan biaya yang tidak sedikit.  Bagi yang naik kendaraan umu, ternyata tarif angkutan umum naik jadi-jadian sangat mahal.  Belum lagi untuk kebutuhan makan, minum, hadiah untuk keluarga, dan yang lainnya.  Membutuhkan banyak biaya.  Ini tidak bisa dipungkiri.

Gegap gempita mudik juga bisa kita lihat dari panjangnya para pengguna motor, yang harus dikawal oleh polisi untuk keamanan dan antisipasi macet.  Sirine raider yang mengawal rombongan pengguna motor itu meraung-raungan hampir di sepanjang waktu dan perjalanan, karena begitu banyaknya pengguna motor yang mudik.  Gegap gempita mudik.

Tidak kalah serunya juga di pintu-pintu tol, antrian bisa mengular mencapai 3 KM untuk ambil tiket tol. Penuh sesaknya rest area. Antrinya Toilet umum di rest area tersebut.

Namun, akan ada rasa kebanggaan dan rasa yang tidak bisa di ungkapkan dengan kata-kata bahwa, perjalanan yang panjang dengan segala kemacetan, cape, lelah itu akan seketika sirna kalau kita sudah sampai di daerah tujuan Kita. Bisa kumpul dengan keluarga Kita, sholat Ied berjamaah di kampung halaman. Itu semua terasa begitu indah dan bermakna.

Hati-hati di jalan, jangan mendahulukan emosi, keselamatan yang utama bukan kecepatan, pastikan kondisi kendaraan Anda juga kondisi kesehatan Anda harus benar-benar dalam kondisi yang prima.

Selamat Liburan, Selamat Lebaran Idul Fitri 1438 H, Taqqoballlahu Mina Waminnkum Taqaballu Yaa Kariim….. Minal Aidin Wal Fa idzin, Mohon Maaf Lahir dan Bathin……….

 

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*